Archive for the ‘Pedang kilat’ Category

KISAH SI PEDANG KILAT

20/09/2009

Karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo

Jilid 01

MALAM yang gelap dan dingin Hawa yang amat dingin menyusup tulang membuat semua orang lebih suka tinggal di dalam rumah, menghangatkan diri dengan api di perapian. Jalan raya di depan rumah-rumah besar itu amat sepi, tak nampak seorang pun di sana. Angin bertiup lembut, membawa hawa yang amat dingin sehingga lampu-lampu gantung yang bergoyang perlahan. itu seperti ikut kedinginan, cahayanya lembut dan redup. Belum juga tengah malam, namun kota itu seperti kota mati, tidak ada kesibukan di luar rumah. (more…)

Kisah Si Pedang Kilat – 2

20/09/2009

“Bun Houw, engkau masih berada di Nan-ping? Ah, aku girang sekali tidak terjadi sesuatu atas dirimu … “

Bun Houw memang sengaja datang ke rumah bekas calon mertua ini. Tadi dia membayangi empat penunggang kuda dan mereka itu masuk ke dalam sebuah rumah besar yang bersambung dengan rumah kepala daerah. Dia ingin mencari keterangan, dan satu-satunya orang yang akan dapat memberi penjelasan kepadanya hanyalah Cia Kun Ti, bekas calon mertuanya ini. Dia tahu bahwa Cia Kun Ti adalah sahabat yang sangat baik dan akrab-dengan mendiang ayahnya, dan tadi, di taman kuburan, Cia Kun Ti juga memperlihatkan sikap, yang amat baik kepadanya. Sebetulnya dia meragu untuk datang berkunjung, mengingat akan sikap Nyonya Cia yang agaknya tidak suka kepadanya. Maka, giranglah hatinya bahwa dia dapat berbicara empat mata dengan Cia Kun Ti. Kini, begitu tiba tuan rumah mengkhawatirkan keadaan dirinya! (more…)

Kisah Si Pedang Kilat – 3

20/09/2009

Ling Ay maklum bahwa ia berhadapan dengan seorang wanita sakti, maka ia segera menjatuhkan diri berlutut di depan kaki wanita itu. “Bibi, harap maafkan saya. Bukan maksud saya untuk membalas dendam dengan penyiksaan. Akan tetapi, mengingat bahwa keluarga saya mempunyai dosa besar terhadap pemerintah dan sudah sepatutnya kalau saya pun dihukum. Hanya saya ingin tahu dari orang ini, mengapa dia membunuh ayah dan ibu dan menculik saya. Seperti itukah pelaksanaan hukuman pemerintah? Saya ingin mendengar dari dia segala rahasia yang terdapat di balik perbuatannya yang terkutuk ini.” (more…)

Kisah Si Pedang Kilat – 4

20/09/2009

Melihat golok menyambar ke arah mukanya. Ouwyang Sek sana sekali tidak mengelak, bahkan tangan kirinya bergerak, dengan tangan terbuka dia menyambut golok itu! Golok itu menyambar dengan cepat dan kuat. namun tertahan dan tertangkap tangan itu bagaikan terjepit catut baja yang amat kuat.

Tentu saja Yang-ce Hek-kwi terkejut dan marah. Dia mengerahkan tenaga untuk membuat tangan itu terbuka, juga ingin menarik lepas goloknya sekuat tenaga. Akan tetapi, golok itu seperti melekat pada tangan itu dan pada saat Yang-ce Hek-kwi mengerahkan tenaga terakhir, tiba-tiba Ouwyang Sek mendorong golok itu sehingga membalik dan meluncur ke arah muka pemiliknya. Yang-ce Hek-kwi terbelalak, akan tetapi tidak sempat mengelak lagi ketika golok yang ditariknya itu meluncur ke arah mukanya. (more…)

Kisah Si Pedang Kilat – 5

20/09/2009

“Aku akan memaksamu!”

Sepasang mata gadis itu mencorong penuh kemarahan. “Ayah keras hati dan hendak memaksaku? Apa ayah kira akupun tidak dapat berkeras hati? Dengan kekerasan ayah dapat memaksaku, akan tetapi, akupun dapat membalas. Aku akan membunuh diri ketika pernikahan dirayakan dan jahanam itu hanya akan mengawini mayatkn dan ayah akan mendapat malu besar di depan para tamu!”

“Anak setan! Kalau begitu lebih baik sekarang saja engkan mati!” Datuk itu sudah mengangkat tangan dan hendak menyerang Hui Hong yang sama sekali tidak kelihatan takut. Melihat ini, Pouw Cu Lan menubruk suaminya. (more…)

Kisah Si Pedang Kilat – 6

20/09/2009

Guru dan murid itu berpisah di persimpangan jalan. Tiauw Sun On melanjutkan perjalanan dengan langkah tegap menuju ke Hwa-san. Bagaimanapun juga, hatinya terasa ringan. “Pouw Cu Lan, yang dulunya sudah tidak dia pikirkan lagi, akan tetapi kemudian teringat kembali setelah dia mendengar bahwa wanita yang pernah menjadi kekasihnya itu telah melahirkan seorang puteri darinya, kini telah meninggal dunia. Hal itu berarti pula bahwa wanita itu telah terbebas dari penyiksaan diri berkorban demi puteri mereka. Pouw Cu Lan telah mengambil jalan yang paling tepat. Adapun puterinya, Hui Hong, dalam keadaan selamat dan sehat. Puterinya! Akan tetapi tiba-tiba dia mengerutkan alisnya. Menurut keterangan mendiang Pouw Cu Lan sebelum membunuh diri. Hui Hong telah pergi untuk mencarinya bersama seorang wanita cantik yang mukanya putih halus dan nampak masih muda. Kwan Im sianli Bwe Si Ni! Siapa lagi kalau bukan bekas dayang itu? Menurut keterangan Bi Moli Kwan Hwe Li. Kwan Im Sianli tentu bermaksud untuk membunuh Pouw Cu Lan dan puterinya, puteri mereka. Dan kini. Pouw Cu Lan telah membunuh diri, dan Hui Hong pergi bersama Kwan Im Sianli! Nyawa puterinya berada dalam bahaya! (more…)

Kisah Si Pedang Kilat – 7

20/09/2009

Kakak beradik itu hanya dapat mengangguk setuju, karena mereka masih terkejut dan tegang, apalagi Kiok Lan yang kenyerian itu kini pucat sekali dan dapat menduga bahwa tentu telah terjadi hal mengerikan pada dirinya!”

Suma Hok lalu membuka pintu pondok dan memanggil para penjaga, menerangkan bahwa Pouw Cin tewas oleh mata-mata Kwa Bun Houw, dan agar jenazah itu dirawat baik-baik. Dia sendiri lalu mengajak Siauw Tek dan Kiok Lan kembali ke dalam rumah. Di dalam ruangan sebelah dalam yang tertutup, di mana tidak ada orang lain dapat mendengarkan percakapan mereka, mereka bertiga duduk dan kakak beradik itu mendesak agar Suma Hok menceritakan apa yang telah terjadi. (more…)

Kisah Si Pedang Kilat – 8

20/09/2009

Suasana di pusat perkumpulan Thian-ben-;-pang itu nampak hening dan tegang biarpun di situ berkumpul ratusan orang anak buah kedua perkumpulan. Baik Hek-tung Lo-kai Kam Cu maupun Thian-beng-pangcu Ciu Tek tidak mau minta bantuan pasukan keamanan, pemerintah karena urusan ini merupakan urusan mempertahankan kehormatan sehingga mereka akan merendahkan diri kalau sampai minta bantuan pasukan pemerintah. Setelah matahari naik tinggi, semua anak buah kedua perkumpulan telah berbaris di depan pusat perkumpulan Thian-ber g-pang yang berdiri di tereng sebuah bukit. (more…)

Kisah Si Pedang Kilat – Tamat

20/09/2009

“Suhu, teecu berhasil menangkap Bi Moli dan Ouwyang Toan, Sribaginda Kaisar berhasil diselamatkan. Setelah meninggalkan istana teecu segera pergi mengunjungi bekas Kaisar Cang Bu untuk menyadarkan beliau agar tidak bersekutu dengan kerajaan Wei di utara, dan mengingatkan beliau bahwa gerakan beliau untuk memberontak itu tidak akan benar dan hanya akan mendatangkan perang yang menyengsarakan rakyat. Teecu di sana bentrok dengan Suma Hok yang mengkhianati bekas kaisar itu, dan teecu berhasil pula menundukkannya sehingga dia ditawan bekas kaisar itu. Akan tetapi teecu tidak berhasil membujuk Kaisar Cang Bu. Dia tidak mau mundur sehingga diserbu pasukan pemerintah. Teecu tidak mencampuri pertempuran itu dan teecu pulang ke sini sebelum teecu melanjutkan pengejaran terhadap Bu-tek Sam-kwi dan membasmi Thian-te Kui-pang, gerombolan yang telah mengacau di perbatasan dan membunuh banyak rakyat dan tokoh kang-ouw itu.” Bun Houw lalu menceritakan kepada gurunya tentang Thian-te Kui-pang, gerombolan seratus orang yang dikirim oleh Kerajaan Wei untuk mengacau daerah perbatasan. (more…)