Archive for the ‘Nagasasra dan Sabukinten’ Category

Nagasasra dan Sabukinten, jilid 14

17/09/2009

671

LEMBU SORA segera meloncat, menyambar bajunya dan sambil berjalan tergesa-gesa, ia mengenakan baju itu di sepanjang jalan, sambil berteriak, “Cari Sawung Sariti. Beritahukan kepadanya, bahwa aku menghadap Kakang Gajah Sora untuk menyerahkan segala kesalahan.” (more…)

Nagasasra dan Sabukinten, Jilid 15

16/09/2009

Wulungan menundukkan kepalanya. Dadanya bergolak seperti darah dijantungnya itu mendidih. Perlahan lahan ia mengangkat mukanya dan menoleh ke arah Endang Widuri yang masih berdiri tegak ditepi jalan. Tetapi Wulungan kini tidak memandangnya sebagai seorang gadis yang nakal, yang tidak tahu akan bahaya, tetapi kini ia memandangnya sebagai penyelamat jiwanya. Karena itu sambil berjongkok ia menunduk hormat, “Angger, betapa besar terimakasihku kepada angger yang telah menyelamatkan nyawaku. Aku sama sekali tak menduga angger mampu berbuat sedemikian rupa mengagumkan.” (more…)

Nagasasra dan Sabukinten – Jilid 16

16/09/2009

No.771

KETIKA Baginda sampai dipintu samping, dan perlahan-lahan membuka pintu itu, alangkah terkejutnya. Baginda melihat, betapa Karebet dengan tenangnya tidur mendengkur di atas lantai. Sekali lagi Baginda mengelus dada. Katanya di dalam hati, “Anak itu memang luar biasa. Apakah ia tidak menyadari bahaya yang dapat menimpa dirinya setiap saat, atau memang demikian ikhlasnya ia menjalani setiap persoalan betapapun rumitnya dan bahkan hidupnya terancam?”

Baginda menarik nafas. Kekagumannya kepada Karebet menjadi semakin bertambah-tambah. Tetapi meskipun demikian Baginda tidak mau menunjukkan betapa perasaan Baginda itu mencengkam segala pertimbangannya. Karena itu, dengan serta merta Baginda menutup dengan kerasnya daun pintu itu, sehingga berderak-derak keras sekali. (more…)

Nagasasra dan Sabukinten, jilid 17 (tamat)

16/09/2009

No. 821

Nyai Ageng Gajah Sora menarik nafasnya. Dalam kegelapan nalar Nyai Ageng hanya dapat menangis.

Ki Ageng Gajah Sora pun menjadi marah bukan buatan. Gadis itu hilang di dalam wilayahnya. Endang Widuri baginya adalah seorang tamu. Karena itu, maka ia merasa bertanggungjawab pula atas kehilangan itu. (more…)